Sebagai bunga asli Amerika Selatan, alstroemeria dikenal sebagai simbol ikatan yang kuat, dukungan, pengabdian, dan tentu saja, persahabatan.
Memberikan alstroemeria kepada sahabat dapat diterjemahkan sebagai kesediaan dirimu dalam mengatasi kesulitan bersama dengan sahabat.
Alstroemeria yang juga dikenal dengan nama Peruvian Lily ini memiliki berbagai warna, yaitu pink, putih, ungu, merah, oranye, dan kuning.
Michael Payne/Unsplash
Mamalia yang diklasifikasikan dalam keluarga beruang ini merupakan harta nasional Tiongkok.
Nationalgeographic.co.id—Panda raksasa identik dengan wajah lucu nan menggemaskan dan tubuh besarnya. Meski panda hanya mengonsumsi bambu sepanjang tahun, mengapa hewan yang sempat terancam punah ini bertubuh besar?
Mamalia yang diklasifikasikan dalam keluarga beruang ini merupakan hewan asli Tiongkok Tengah. Memiliki habitat di daerah pegunungan, seperti Sichuan atau Tibet.
Panda, dengan bulu hitam dan putihnya yang khas, dipuja oleh dunia dan dianggap sebagai kebanggaan nasional Tiongkok.
Mereka harus makan sekitar 10-40 kg setiap hari, tergantung pada bagian mana dari bambu yang dimakan. Seekor panda yang baru lahir berukuran kira-kira 17 cm—sekitar 1/900 ukuran induknya. Panda betina dapat tumbuh hingga sekitar 90 kg, sedangkan jantan dapat tumbuh hingga sekitar 136 kg saat dewasa. Beruang-beruang ini adalah pemanjat pohon yang sangat baik meskipun ukurannya besar.
Dilansir dari sebuah penelitian yang diterbitkan di jurnal Cell Reports, bakteri usus membantu panda membangun lemak. Meski hewan ini hanya makan selama 2/3 tahun, bakteri ini berhasil membuatnya agar tetap gemuk.
Saat musim bambu, yaitu di musim semi dan panas, para ilmuwan menemukan bahwa berat panda meningkat. Di musim ini, tunas bambu atau rebung berlimpah.
Mereka berteori bahwa sejenis bakteri usus Clostridium butyricum membantu panda menambah berat badan dan menyimpan lemak. Ini yang menjaganya agar tetap hidup saat bambu tidak bertunas di luar musimnya. Pada saat itulah hanya daun bambu yang tersisa untuk dimakan.
Bakteri bernama Clostridium butyricum adalah jenis bakteri usus yang juga ada pada manusia. Ini digunakan dalam perawatan klinis untuk sindrom radang usus dan diare parah.
Pada panda, para ilmuwan percaya bakteri usus berkontribusi dalam metabolisme yang menggunakan rebung untuk menambah berat badan.
“Kami menemukan bahwa panda memiliki mikrobiota usus yang berbeda selama musim makan pucuk untuk waktu yang lama. Dan sangat jelas bahwa mereka lebih gemuk selama musim ini,” kata Guangping Huang, dari Institut Zoologi, Chinese Academy of Sciences.
Para peneliti menemukan bahwa panda liar di Pegunungan Qingling di Cina tengah meningkatkan jumlah Clostridium butyricum. Tim kemudian harus menguji apakah ini berdampak pada metabolisme mereka.
Untuk menguji hipotesis, para ilmuwan melakukan transplantasi feses dengan kotoran panda Gunung Qingling dan tikus laboratorium. Tikus ini kemudian diberi makanan yang sama dengan panda. Tikus yang hanya makan rebung mengalami kenaikan berat badan lebih banyak daripada tikus yang hanya makan daunnya.
Musim rebung juga bertepatan dengan periode penting dari siklus hidup panda, seperti migrasi dan kawin. Sehingga penting bagi panda untuk tetap sehat selama bulan-bulan hangat di Tiongkok.
“Secara konsisten, kami juga mengamati perbedaan perilaku panda raksasa yang signifikan antar musim,” tulis tim dalam penelitian tersebut.
Baca Juga: Tiongkok Bangun 'Ibu Kota Panda' yang Lebih Luas dari Disneyland
Fluktuasi musiman pada bakteri usus biasa terjadi di antara satwa liar. Ini disebabkan karena makanan pilihannya yang mungkin hanya tersedia selama waktu-waktu tertentu dalam setahun. Bakteri usus membantu satwa liar melindungi diri dari faktor lingkungan. Dalam kasus panda, ini membantu mereka menambah berat badan sebelum masa-masa sulit dalam setahun. Seperti saat musim dingin di mana pasokan makanan berkurang.
Penelitian lanjutan dilakukan untuk mengidentifikasi lebih banyak tentang mikroorganisme usus dan perannya dalam kesehatan hewan.
“Mengidentifikasi bakteri apa yang bermanfaat bagi hewan sangat penting. Suatu saat, ini mungkin bisa digunakan untuk mengobati beberapa penyakit,” kata Huang.
Baca Juga: Upaya Konservasi Panda Ternyata Berdampak Buruk Bagi Spesies Lainnya
Varuna, Dewa Langit dan Lautan yang 'Ambigu' dalam Tradisi Hindu Kuno
Diplomasi panda Beijing mungkin hanya mempunyai satu pemenang: panda raksasa itu sendiri.
Pusat Penangkaran Panda Bifengxia di Kota Ya’an, Provinsi Sichuan, China barat daya, menampung hingga 66 ekor panda dalam lingkungan yang tenang dan subur.
Beberapa di antaranya sempat tinggal di luar negeri sebagai bagian dari upaya global untuk melestarikan spesies langka tersebut, termasuk Mei Sheng dan Bei Bei yang lahir di AS, serta Fan Xing yang baru kembali dari tempat lahirnya di Belanda tahun lalu.
Dalam perjalanan media belum lama ini ke Sichuan, Mei Sheng, yang sudah hampir berusia 21 tahun, tampak mengunyah bambu di paviliun bergaya China, sedangkan Bei Bei berjalan ke deretan rebung yang dijajarkan, memungut salah satunya dengan menggunakan gigi, lalu duduk untuk menikmatinya sementara para pengunjung memerhatikan mereka.
Pegawai pusat penangkaran menggambarkan panda jantan berusia hampir sembilan tahun yang dikirim ke China pada tahun 2019 itu sebagai panda yang mudah bergaul.
Li Xiaoyan, perawat Bei Bei dan dua panda lainnya yang lahir di luar negeri, mengatakan bahwa panda yang lahir di luar negeri mungkin menghadapi kendala bahasa saat kembali ke China.
Ada perbedaan besar di antara para panda. Beberapa panda bisa beradaptasi dengan sangat cepat dan mudah ketika kembali, sementara yang lain butuh waktu lama untuk beradaptasi ke lingkungan yang baru, terutama faktor manusia seperti bahasanya,” kata Li.
“Di luar negeri, bahasa asing yang digunakan. Di China, bahasa Mandarin yang digunakan, dan bahkan bahasa Sichuan serta dialek
Program peminjaman panda raksasa China sudah lama dikenal sebagai alat diplomasi lunak Beijing. Meski demikian, pentingnya pelestarian spesies itu juga bisa jadi alasan kuat Beijing memperbarui kerja samanya dengan kebun-kebun binatang AS dan mengirim sepasang panda baru ketika hubungan kedua negara memburuk.
“Kami menjalankan kerja sama ilmiah dan penelitian dengan Kebun Binatang San Diego dan kebun binatang di Washington, di AS, demikian juga dengan negara-negara Eropa. Kerja sama ini bersifat timbal balik dan saling menguntungkan dalam banyak aspek. Dalam hal hewan, mereka lebih maju dalam berbagai aspek, termasuk kedokteran hewan, genetika dan vaksinasi, dan kami belajar dari mereka,” kata Zhang Hemin, kepala ahli Pusat Konservasi dan Penelitian Panda Raksasa China di Kota Ya’an.
Meskipun penelitian Barat unggul dalam bidang studi genetika dan kedokteran hewan, China unggul dalam hal penyediaan makanan dan pelatihan perilaku, ujarnya.
Zhang berbicara kepada wartawan dalam tur media yang diselenggarakan oleh pemerintah China baru-baru ini di Pusat Panda Bifengxia Ya’an, di mana para panda bermalas-malasan dan mengunyah batang bambu.
Wisatawan yang berkunjung terpesona oleh binatang berbulu hitam-putih yang lucu itu.
Zhang Yiqing, mahasiswa senior yang berkunjung dari Chengdu, menganggap China telah melakukan pekerjaan yang baik dalam konservasi panda dan keuntungannya lebih besar daripada kerugiannya, dalam hal kerja sama internasional mengenai panda.
“Melihat panda-panda raksasa, saya rasa mereka pasti menjalani hidup yang sangat nyaman dan santai. Setidaknya mereka jauh lebih bahagia daripada kita-kita pegawai kantoran,” kata turis lain, San San.
Zhang, kepala pusat konservasi, mengatakan kepada wartawan bahwa terdapat beberapa manfaat dari pengiriman panda ke luar negeri.
“Faktanya, melindungi panda berarti melestarikan keanekaragaman hayati dan seluruh lingkungan ekologi. Karena panda ibarat payung, semua hewan lain juga ikut terlindungi saat Anda melindungi panda. Jadi saya rasa panda yang tinggal
sementara di luar negeri meningkatkan kesadaran manusia akan pentingnya pelestarian, selain itu juga meningkatkan perhatian terhadap planet kita dan perlindungan keanekaragaman hayati,” urai Zhang. “Bagus, bukan?”
Jumlah panda yang hidup di penangkaran telah meningkat menjadi lebih dari 700 ekor, membentuk populasi besar yang berkelanjutan, ungkapnya.
Langkah berikutnya dalam pelestarian panda adalah untuk membantu hewan itu kembali ke alam liar dan bertahan di sana. Populasi lebih besar panda yang dikembangbiakkan di penangkaran menjadi landasan upaya itu.
Puluhan tahun setelah Beijing mulai bekerja sama dengan kebun-kebun binatang di AS dan Eropa untuk melindungi spesies tersebut, jumlah panda raksasa di alam liar telah meningkat menjadi 1.900 ekor, dari yang sebelumnya 1.100 ekor pada tahun 1980-an, dan hewan itu pun tidak lagi dianggap “berisiko” punah dan kini diberi status yang lebih aman, “rentan.” [rd/rs]